Nama
saya Eka Desyi, sakit? Apa itu sakit? Saya sungguh tak mengerti apa arti kata
sakit itu sendiri. Hidup dalam keputus asaan dunia yang dulunya indah perlahan
namun pasti keterpurukan saya makin dalam. Hingga sakit yang saya rasa ini
bukan lagi sakitnya raga, melainkan sakitnya jiwa. Dendam, sakit hati berubah
menjadi trauma yang selalu membayangi kemanapun saya melangkah.
Saya
sadar benar, saya sakit, sakitnya saya ada di jiwa. Tidak mungkin juga saya
akan masuk rumah sakit jiwa. Terapi psikiater sangat jarang ada di kota saya.
Berawal
dari status iseng saya di media sosial, menghantarkan saya pada sosok Om Nur
atas rekomendasi seorang sahabat, yang kebetulan juga menangkap signal ketidak
beresan status saya.
Mungkin
Tuhan mendengarkan do'a saya, saya butuh ini, saya harus sembuh.
Meski
terapi berjalan via phone saya di pandu bagaimana menjadi seseorang yang
mempunyai mimpi.
Ada
beberapa terapi yang harus saya lalui. Cukup dengan pertanyaan simple om Nur
menghantarkan saya pada titik teratas, dimana saya menemukan lagi titik
spiritual jiwa. Untuk apa saya terlahir di dunia ini, untuk siapa?. Secara
perlahan merubah mindset syukur yang sebenarnya, alhamdulillah.
Saya
menemukan lagi mimpi saya. Membayangkan lagi satu persatu wajah-wajah bangga
keluarga, membakar lagi semangat saya untuk menjadi manusia yang berguna,
seperti bayi yang baru lahir itulah ibaratnya. Ketenangan hati, mendekatkan
saya pada sang pencipta, sang maha segalanya. Tanpa kuasanya tiada siapa saya
di dunia. Trauma masa lalu yang suram berangsur-angsur menjadi buliran pelangi,
yang memang begitulah hakikatnya, masa lalu tak perlu di sesali.
Dan
kini saya tak pernah merasa takut akan kemampuan diri. Senantiasa berdo'a dan
berusaha. Percaya bahwa Tuhan selalu bersama saya.
Eka
Desyi, Tukang Ketik, Mojokerto
0 komentar:
Posting Komentar